KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat hidayah dan
rahmat-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul Kasus pribadi pada anak
didik sebab dan penanggulangannya. Shalawat serta salam tak lupa pula
penulis haturkan kepada nabi besar
junjungan para umat seantero jagat yaitu Rasulullah SAW, yang telah membawa
umatnya kedalam alam yang penuh ilmu pengetahuan dari zaman kebodohan.
Judul makalah ini diatas penulis ambil sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir semester
jurusan pendidikan agama islam (PAI). Makalah ini mengambil judul diatas karena
menganggap pentingnya menangani masalah yang dihahapi anak didik untuk
membimbingny keluar dari masalh tersebut.
Dalam pembuatan makalah ini banyak pihak yang terkait didalamnya dan
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Bpk. Badawi. MM selaku rektor Universitas Muhammadiyah
Tagerang.
2.
Bpk. Asep Suhendar. M, pd selaku dosen pembimbing mata
kuliah bimbingan konseling Universitas Muhammadiyah Tangerang.
3.
Teman-teman sekelas jurusan PAI VA Universitas
Muhammadiyah Tangerang
Demikianlah kata pengantar dari penulis semoga makalah ini bermanfaat
baik bagi mahasiswa khususnya maupun umat islam. Kritik dan saran yang bersifat
konstruktif sangat penulis harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga Allah SWT memberi petunjuk kepada penulis. Akhirnya penulis ucapkan
wa bi-Allah al-Taufiq wa al-hidayah.
Tangerang, 26 Oktober 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap anak memiliki perbedaan karakter yang bermacam-macam, dari perbadaan
karakter ini membutuhkan penanganan yang berbeda pula, belum lagi ditambah
dengan masalah yang ada pada setiap anak tersebut. Semua pasti menginginkan
anak yang baik, tanpa masalah dan lagi cerdas namun inilah hidup yang penuh
dengan keanekaragaman. Masalah-masalah yang timbul dari seorang anak khususnya
dalam hal belajar tentulah sudah menjadi tugas guru dan orang tua yang
menunjukan solusinya agar si anak keluar dari masalahnya, namun untuk
menghadapi semua itu juga memerlukan ilmu dan keahlian. Karena yang kita hadapi
adalah manusia generasi masa depan.
Pada makalah ini penulis menghadapkan
kepada anak yang memiliki kasus pribadi dari penyebabnya hingga
penanggulangannya.
B. Rumusan Masalah
Mengarah kepada latar belakang yang telah
penulis paparkan di atas tertulis rumusan masalah sebagai berikut:
a.
Apa saja kasus pribadi dalam anak?
b.
Apa penyebab dari kasus pribadi yang dimiliki si anak?
c.
Bagaimana penanggulangan seorang anak sehingga ia
keluar dari kasus yang dimilikinya ?
C. Tujuan Penulisan
Menjawab berdasarkan pertanyaan yang
penulis kemukakan dalam rumusan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.
Untuk mengetahui kasus pribadi yang dimiliki anak didik.
b.
Untuk mengetahui penyebab kasus pribadi anak didik,
sehingga guru dapat mengembangkan pengetahuan dalam berinteraksi dan membimbing
anak didik.
c.
Untuk mengetahui penanggulangan kasus pribadi yang
dimiliki anak didik.
D. Sistematika Pembahasan
Mendasari kepada isi dalam makalah ini penulis merangkai sistematika
pembahasan sebagai berikut:
Bab I yaitu pendahuluan yang terdiri dari: latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika pembahasan.
Bab II mengenai isi makalah tersebut yang terdiri
dari: kasus pribadi, sifat pemalu, kurang bergaul, berlaku kasar, manja, dan
kesulitan dalam belajar.
Bab III yang terdiri dari: kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
BAB II
KASUS PRIBADI
A. Pemalu
Para ahli nampaknya
memiliki beberapa pandangan yang berbeda tentang perilaku pemalu (shyness). Ada
ahli yang mengatakan bahwa pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter yang
ada sejak lahir. Ahli lain mengatakan bahwa pemalu adalah perilaku yang merupakan
hasil belajar atau respon terhadap suatu kondisi tertentu. Secara definitif,
penulis menjabarkan pemalu sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang dimana
orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan
merasa cemas karena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung untuk menarik
diri. Pada dasarnya
pemalu bukanlah hal yang menjadi masalah ataupun dipermasalahkan, dan sudah
pasti bukan merupakan abnormalitas. Tetapi masalah justru bisa muncul akibat
sifat pemalu. Peribahasa malu bertanya sesat di jalan, menggambarkan
secara tepat masalah yang dapat muncul karena rasa malu yang ada dalam diri
seseorang. Pemalu juga dapat menjadi masalah, jika sifat ini menyebabkan
potensi anak menjadi terkubur dan anak tidak berkembang secara optimal sesuai
dengan potensinya. Misalnya anak yang punya suara bagus dan berbakat menyanyi,
tapi merasa malu untuk mengasah bakatnya dengan ikut koor, les vokal dan
mengikuti kejuaraan, maka suara indahnya akan tersimpan sia-sia dan tidak
bertambah indah. Hal ini sangat disayangkan baik bagi anak maupun orangtuanya. Orangtua sebaiknya mendorong anak
untuk berani keluar dan menghadapi dunia luar dengan percaya diri.
Mendorong seorang anak pemalu untuk berani menghadapi dunia luar tidak bisa
dilakukan secara tiba-tiba (drastis).
Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk membantu anak mengatasi rasa
malu, yaitu:
1. Orangtua
sebaiknya tidak mengolok-olok sifat pemalu anak ataupun memperbincangkan sifat
pemalunya di depan anak tersebut.
2. Mengetahui
kesukaan dan potensi anak, lalu mendorongnya untuk berani melakukan hal-hal
tertentu, lewat media hobi dan potensi diri.
3. Sebaiknya
orangtua secara rutin mengajak anak untuk berkunjung ke rumah teman, tetangga
atau kerabat dan bermain di sana.
4. Jadilah
contoh buat anak, orangtua tidak hanya mendorong anak untuk percaya diri,
tetapi juga menjadi model dari perilaku yang percaya diri. Anak biasanya
mengamati dan belajar dari perilaku orangtuanya sendiri.
B. Kurang Bergaul
Bergaul adalah bagian penting dari ketrampilan hidup. Kita semua sudah
tahu bahwa di dunia ini pasti tidak ada buku atau perpustakaan yang bisa
mengungkap manfaat pergaulan karena saking banyaknya manfaat itu. Namun ada
masalah penyebab seorang anak minder dan sulit dalam bergaul.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita tidak menyadari, bahwa kita
sebagai orangtua sering sekali melarang anak-anak untuk duduk bergabung dan
bergaul dengan orang dewasa. Saat ada tamu kita yang datang berkunjung ke
rumah, kita sering kali memarahinya dan menyuruhnya untuk masuk kamar. Atau
pada saat kita mengajaknya berkunjung, kita memintanya untuk main sendiri
sementara kita asyik mengobrol dan berbicara.
Nah, untuk itulah, kita sebagai orangtua dan pendidik perlu untuk tahu
dan mampu memilah-milah serta menempatkan anak pada posisi yang semestinya
Kita tidak bisa melarang anak untuk mutlak tidak boleh bergaul dan
bergabung dengan orang dewasa. Mengapa? Karena ada dampak negatif yang bisa
terjadi pada kondisi psikologis anak-anak. Di antaranya adalah :
- Anak-anak menjadi takut menghadapi orang lain, tidak mau bergaul, dan terbiasa mengucilkan diri. Anak-anak yang terbiasa kita jauhkan dari orang dewasa, pada akhirnya ia menjadi enggan untuk bergabung dengan orang lain secara keseluruhan. Ia menjadi kuper, tidak mau bergaul bahkan dengan teman-teman dan keluarganya, tidak mau ikut bergabung dalam acara keluarga, dan lebih senang dengan dunianya sendiri. Jika sudah terlanjur demikian, akan sangat sulit untuk merubahnya.
- Akan senantiasa bersikap kekanakan terus menerus. Kebiasaan menyuruh anak untuk masuk di saat ada tamu yang datang dengan mengatakan, “kamu anak kecil, sana masuk ke kamarmu, ini urusan orang besar!” akan membuat anak-anak merasa dirinya selalu menjadi anak kecil, dan akhirnya ia merasa rendah diri.
- Tidak mengenal berbagai karakter orang dan bersikap cuek dan kurang empati. Anak-anak belajar “membaca” orang lain dengan bergaul. Ia akan mudah belajar, bahwa ternyata manusia itu memiliki berbagai type dan karakter. Jika kita mengarahkannya dengan baik, maka anak-anak itu mampu memilih karakter dan meniru sifat serta perbuatan yang baik.
- Terlalu pemalu. Memiliki anak yang pemalu memang baik, karena mereka cenderung sopan dan mudah diatur. Namun, jika terlalu pemalu alias memiliki rasa malu yang berlebihan, maka itu akan sangat tidak baik baginya di masa depan.
Melarang anak untuk bergaul dengan orang
dewasa bukanlah seperti yang dicontohkan oleh Rosulullah. Sebab, beliau dan
para sahabatnya tidak pernah melarang anak-anak untuk duduk dan bergabung
bersama di majelis-majelis beliau. Ada cara yang sangat bijaksana dalam
mendidik mereka dan melatih mereka dalam bergaul dengan orang dewasa agar
mereka tidak menjadi minder dan sulit dalam bergaul.
- Meminta anak untuk menyuguhkan jamuan untuk para tamu dan memperkenalkannya kepada para tamu sebagai anak kebanggaan kita. Biarkan sejenak ia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para tamu dan biarkan ia duduk sejenak bersama. Setelah dirasa cukup, ijinkan ia untuk kembali bermain atau melanjutkan aktivitasnya.
- Mengajak anak untuk ikut dalam pertemuan-pertemuan dan memperkenalkannya. Jika kita harus terlibat dalam perbincangan serius yang disana ada faktor “khusus dewasa” alias pembicaraan yang belum seharusnya didengar anak-anak, maka mintalah ia untuk bergabung dengan anak-anak teman atau relasi kita.
- Sesekali, ajak anak untuk membantu Anda memecahkan masalah yang sedang Anda hadapi. Ajak ia berdiskusi dan mintalah pendapatnya.
- Bagi anak laki-laki, tegaskan pada mereka bahwa mereka adalah laki-laki dan mereka harus menjadi anak pemberani. Saat Anda bertamu, jangan suruh mereka untuk mengikuti ibunya, melainkan dudukkan bersama Anda dan biarkan anak perempuan yang duduk bersama ibunya.
- Bagi anak perempuan, biasakan mereka untuk berhijab dan menggunakan pakaian yang sopan, serta tidak bersikap kemayu di hadapan tamu laki-laki. Ajari mereka sikap sopan santun yang sewajarnya.
- Ketika anak bersikap kurang sopan, jangan marahi atau menghardiknya di depan umum. Itu akan sangat membuatnya malu, namun justru akan membuatnya menjadi anak yang rendah diri. Sejenak pamitlah kepada tamu Anda, dan ajak si kecil untuk masuk ke dalam. Bicarakan sikapnya secara baik-baik di dalam dan minta ia menunggu di dalam.
C. Berlaku Kasar
Masa kecil merupakan masa yang penting bagi diri seseorang, dikarenakan
pada masa ini kepribadiannya akan dibentuk untuk menghadapi masa depannya.tidak
heran, banyak anak cenderung terlihat 'nakal' di mata kita. padahal yang
sebenarnya ialah mereka sedang belajar sesuatu guna memenuhi keingintahuan mereka.
berikut tips yang bisa kita coba guna menasehati mereka.
1.
Jangan terlalu kasar terhadap anak
Mungkin kita semua sudah kehilangan akal guna menasehati anak2 kita agar
mereka tidak nakal lagi.namun ini bukan menjadi alasan bagi kita untuk berlaku
kasar pada mereka. sedikit sentilan kecil mungkin bisa menjadi senjata agar
mereka tahu kesalahan mereka dan mereka akan mencoba untuk tidak
mengulangnya.namun jangan terlalu sering 'main tangan' pada mereka, karena
nantinya si kecil akan mencoba meniru apa yang kita lakukan pada mereka.
jadi,jangan salahkan si kecil yang suka memukul temannya, kalo ternyata kita
juga sering memukul mereka.
2.
Menjadi orang tua (pendidik) yang tegas, bukan orang
tua (pendidik) yang kasar.
Kita pasti sudah tahu perbedaan antara tegas dengan kasar,namun entah
kenapa saat emosi,kita kehilangan kontrol akan diri kita sehingga tanpa sengaja
berlaku kasar pada mereka.yang sebenarnya lebih tepat untuk diterapkan pada
anak ialah menjadi orang tua yang tegas.yang bisa menasehati anaknya tanpa
adanya tangan yang mendarat di tubuh mereka.orang tua yang tegas,akan cenderung
lebih di hormati dan di patuhi oleh si kecil.
3.
Hindari berkata “Jangan”
sebenarnya,dalam alam bawah sadar kita,kita susah untuk menerima kata
kata JANGAN dan TIDAK. kata-kata seperti 'jangan nakal', terkadang bisa di
artikan di dalam alam bawah sadar seperti 'nakal' karena alam bawah sadar tidak
menerima kata jangan. sehingga,akan lebih baik kalo kita sebagai orang tua
(pendidik) tidak memakai kata itu apabila ingin menasehati si kecil. contoh:"Kamu
jangan main di tempat itu" akan lebih baik apabila agan menggantinya
dengan "Kalau kamu main di tempat itu,nanti bajunya kotor.jadi,kamu lebih
baik main disini saja ya"
4.
Biasakan untuk mendongeng
karena dalam mendongeng,si kecil akan mendengarkan dan
memasukkan kata2 kita ke dalam pikirannya.jangan lupa untuk menyisipkan
kalimat2 nasehat dalam cerita tersebut.
contoh:"Putri itu mempunyai banyak teman,karena dy
rajin,nurut dengan orang tua,sayang ayah,sayang ibu,juga sayang teman.jadi,kalo
kam mau seperti putri itu,km harus seperti itu.menyayangi semuanya dan patuh
pada ayahibu. Biar nanti kamu punya banyak teman." kalau anda tidak bisa
mendongeng, bisa juga diterapkan dalam cara yang lain.
contoh:anak anda sedang menonton kartun kesukaannya.akan lebih baik apabila anda duduk disampingnya,menemaninya menonton,lalu anda katakan,"lihat,doraemon kan punya banyak teman.itu karena dia sayang ayah ibu,sayang kakak,sayang teman,dan nurut sama orang tua.makanya doraemon punya banyak teman." walaupun si kecil sedang asyik menonton, namun kata-kata yang didengarnya secara tidak langsung akan masuk ke dalam alam bawah sadarnya dan terpatri di pikirannya.
contoh:anak anda sedang menonton kartun kesukaannya.akan lebih baik apabila anda duduk disampingnya,menemaninya menonton,lalu anda katakan,"lihat,doraemon kan punya banyak teman.itu karena dia sayang ayah ibu,sayang kakak,sayang teman,dan nurut sama orang tua.makanya doraemon punya banyak teman." walaupun si kecil sedang asyik menonton, namun kata-kata yang didengarnya secara tidak langsung akan masuk ke dalam alam bawah sadarnya dan terpatri di pikirannya.
D. Manja
Saat anak mulai meninggalkan usia balitanya, terkadang mereka masih saja
manja. Bahkan sampai usia tujuh tahun atau mereka sudah memiliki adik,
terkadang mereka masih suka merengek seperti adiknya yang masih balita. Anak
manja biasanya karena perlakuan orang tuanya yang terlalu berlebihan dalam
menuruti semua permintaanya. Apa yang anak minta, orang tua selalu memenuhinya.
Akibatnya jika orang tua sampai tidak memenuhi permintaanya maka anak pun
merengek dan menangis.
Sifat manja anak juga terjadi dalam hal keinginan untuk selalu dekat
dengan orang tua. Tidak jarang anak yang sudah dalam usia sekolah masih selalu berrebut
dengan adiknya yang balita untuk mendapatkan belaian dari ibunya.
Nah, apa yang harus dilakukan
Anda sebagai orang tua untuk mengatasi anak yang manja?
- Orang tua harus mempunyai kemauan untuk tidak lagi memanjakan anak. Perilaku manja salah satunya karena selama ini apa saja yang mereka inginkan selalu dituruti.
- Mulailah untuk tidak memanjakan anak dan ajarkan hidup mandiri dari hal-hal yang kecil. Misalnya biasakan anak mengambil baju seragam sendiri, mengambil makan atau minum sendiri.
- Tindakan untuk tidak memanjakan anak seharusnya juga dilakukan oleh orang tua atau pengasuh yang lain, tidak hanya oleh satu orang saja.
- Komunikasilah dengan anak, bahwa seharusnya untuk usia saat ini mulai mempunyai tanggung jawab. Jelaskan mengenai prioritas, bahwa tidak semua yang diinginkan harus terpenuhi.
- Jika anak masih mengabaikan perintah orang tua dengan merengek atau menangis, berikan pengertian bahwa tindakan itu tidak benar. Berikan pelukan dan dukungan untuk menenangkan anak.
- Orang tua harus konsisten untuk tidak memanjakan anak, tidak hanya satu atau dua hari saja lalu kembali menajakan mereka.
- Berikanlah pujian jika anak tidak lagi merengek saat meminta sesuatu, sehingga anak mengerti bahwa orang tua senang saat dia mulai berubah.
E. Kesulitan Belajar
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang berfungsinya otak,
susunan syaraf ataupun bagian-bagiantubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa
hal yang paling berperanpada waktu belajar dalah kesiapan otak dan sistem
syaraf dalammenerima, memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi
yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada bagian tertentu
dari otak seorang siswa, maka dengan sendirinya si siswa akan mengalami
kesulitan belajar.
Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak anak kita karena sesuatu dan lain
hal kurang berfungsi secara sempurna. Akibatnya ia akan mengalami hambatan
ketika belajar. Di samping itu, siswa yang sakit-sakitan, tidak makan pagi,
kurang baik pendengaran, penglihatan ataupun pengucapannya sedikit banyak akan
menghadapi kesulitan belajar. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk membantu
siswanya, seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkait dengan
kesulitan siswa ini. Seorang siswa dengan pendengaran ataupun penglihatan yang
kurang baik, sebaiknya menempati tempat di bagian depan. Untuk para orang tua,
terutama ibu, makanan selama masa kehamilan akan sangat menentukan pertumbuhan
dan perkembangan fisik putra-putrinya . Makanan yang dapat membantu pertumbuhan
otak dan sistem syaraf bayi yang masih di dalam kandungan haruslah menjadi perhatian
para orang tua.
1. Faktor
sosial
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah
jika orang tua dan masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh
terhadap kegiatan belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan
bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran orang tuanya.
Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar yang berkait
dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat sekeliling yang kurang
mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati. Sebagai contoh, orang tua
yang sering menyatakan bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa setan (karena sulit)
akan dapat menurunkan kemauan anaknya unutuk belajar bahasa pergaulan
internasional itu. Kalau ia tidak menguasai bahan tersebut ia akan mengatakan “
Ah Bapak saya tidak bisa juga.” Untuk itu, setiap guru tidak seharusnya
menyatakan sulitnya mata pelajaran tertentu di depan siswanya. Tetangga yang mengatakan
sekolah tidak penting karena banyak sarjana menganggur, masyarakat yang selalu
minum-minuman keras dan melawan hukum, orang tua yang selalu marah, nonton TV
setiap saat, tidak terbuka ataupun kurang menyayangi anaknya dengan sepenuh
hati dapat merupakan contoh dari beberapa faktor sosial yang menjadi penyebab
kesulitan belajar siswa.
2. Faktor kejiwaan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar
siswa ini berkait dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa unutuk
belajar secara sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata pelajaran
tertentu karena ia selalu gagal mempelajari mata pelajaran itu. Jika hal ini
terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang sangat berat. Hal
ini merupakan contoh dari faktor emosi yang menyebabkan kesulitan belajar.
3. Faktor intelektual
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar
siswa ini berkait dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat
kecerdasan siswa. Para guru harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat
kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada yang
sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki pengetahuan
prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan bernalar. Hal-hal
yang disebutkan tadi dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar pada diri
siswa tersebut. Di samping itu, hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah
para siswa yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat. Ketika sedang belajar
matematika atau IPA, ada siswa SLTP yang tidak dapat menentukan hasil 1/2 +
1/3, (–5) + 9, ataupun 1 : ½. Siswa seperti itu, tentunya akan mengalami
kesulitan karena materi terebut menjadi pengetahuan prasyarat untuk mempelajari
matematika ataupun IPA SLTP. Untuk menghindari hal tersebut, Bapak atau Ibu
Guru hendaknya mengecek dan membantu siswanya menguasai pengetahuan prasyarat tersebut
sehingga mereka dapat mempelajari materi baru dengan lebih baik.
4. Faktor kependidikan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar
siswa ini berkait dengan belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru
yang selalu meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar
lebih giat, guru yang membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang salah, guru
yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang membiarkan para siswa
bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh dari faktor-faktor penyebab
kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan siswa tersebut.
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
- perbedaan karakter pada setiap anak didik bermacam-macam. Itulah banyak para ahli psikolog meneliti dan membuat teori dalam menghadapi anak yang mempunyai masalah dalam psikologi jiwanya. Salah satunya gestalt yang telah dikembangkan oleh Max Werthermeir, gestalt merupakan sebuah prinsip mengenai pengamatan terhadap suatu proses.
- kita seringkali melakukan aktivitas berpikir tanpa kita sadari, proses ini hanyalah sebuah lambang dari bekerjanya otak kita yang dan mentransfernya melalui perlakuan kita. Berpikir adalah sebuah proses pemecahan masalah yang sedang kita hadapi. Bagaimana cara berpikir kita yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dan bagaimana agar cara berpikir kita sehat memerlukan jiwa yang sehat pula. Dengan begitu akan mendapatkan hasil yang maksimal.
makalahnya cantik...
BalasHapus